Jakarta, – Gelombang demonstrasi besar yang mengguncang berbagai kota Indonesia dalam beberapa pekan terakhir tidak hanya meninggalkan jejak politik, tetapi juga luka sosial yang dalam. Di tengah kericuhan, bentrokan, dan rasa kecewa masyarakat terhadap arah kepemimpinan negeri, lahirlah sebuah semboyan yang kemudian bergema di ruang publik.
“Warga Bantu Warga, Warga Jaga Warga.” Sebuah kalimat yang sederhana, namun sarat makna ini Adalah sebuah penegasan bahwa ketika negara gagal merangkul rakyatnya, maka sesama warga lah yang harus saling menopang untuk tetap bertahan.
Namun semboyan itu tidak berhenti sebagai teriakan di jalan-jalan atau slogan di media sosial. Ia menemukan bentuk kongkretnya melalui langkah nyata yang diambil oleh Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (IKALUM FKM UMJ).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan penuh kesadaran, IKALUM mengadopsi semangat tersebut dan menerjemahkannya dalam program sosial yang mereka jalankan secara konsisten gerakan sedekah beras setiap pekan. Sejak gerakan ini dimulai, para alumni FKM UMJ telah menyusuri berbagai wilayah dari jalan-jalan padat di Jabodetabek hingga kampung-kampung di Lampung.
Mereka tidak sekadar menyalurkan bantuan, tetapi hadir langsung di tengah masyarakat, mengetuk pintu rumah warga, dan menyerahkan beras yang menjadi sumber kehidupan sehari-hari. Aksi ini terus digelar tanpa henti, seakan menegaskan bahwa solidaritas bukanlah kata kosong, melainkan sebuah komitmen yang diwujudkan dalam tindakan nyata.
Bagi IKALUM, kesehatan masyarakat tidak hanya diukur dari jumlah rumah sakit, tenaga medis, atau obat-obatan yang tersedia. Kesehatan yang sejati justru dimulai dari hal paling mendasar: ketersediaan pangan.
Satu kantong beras sederhana dapat menentukan apakah sebuah keluarga bisa makan dengan layak, apakah anak-anak bisa tetap belajar dengan perut kenyang, dan apakah semangat hidup bisa terus terjaga. Dari situlah makna “Warga Bantu Warga” menemukan relevansinya.
Gerakan ini pun selaras dengan simbol-simbol perlawanan damai yang kini menjadi ikon masyarakat sipil Hero Green dan Brave Pink. Hijau adalah warna harapan, keteguhan, dan kehidupan. Sementara pink menyimbolkan keberanian, kepedulian, dan ketegasan sikap.
Dalam bingkai itu, sedekah beras yang dilakukan IKALUM bukan sekadar kegiatan amal, tetapi juga wujud perlawanan senyap sebuah cara untuk memastikan dapur rakyat tetap mengepul meski situasi politik sedang bergejolak.
Kekuatan gerakan ini terletak pada konsistensinya. Ia bukan aksi sekali jalan yang muncul karena momentum, melainkan rutinitas yang dilakukan dengan tekun setiap pekan. Target distribusinya pun terus diperluas, menjangkau lebih banyak keluarga dari waktu ke waktu.
Dari Jabodetabek hingga Lampung, dari pintu ke pintu, aksi ini membawa pesan penting kepedulian tidak boleh padam, meski sorotan media terhadap demonstrasi perlahan meredup.
Di tengah situasi politik yang penuh ketidakpastian, langkah IKALUM FKM UMJ sekaligus menjadi pengingat bahwa alumni perguruan tinggi tidak hanya memiliki tanggung jawab intelektual, tetapi juga tanggung jawab sosial.
Bahwa bentuk perlawanan tidak harus selalu berupa orasi lantang di jalanan. Terkadang, perlawanan yang paling kuat adalah memastikan tetangga tidak kelaparan dan masyarakat tetap memiliki daya untuk bertahan.
Namun IKALUM menyadari, gerakan ini tidak bisa dijalankan sendiri. Semangat “Warga Bantu Warga, Warga Jaga Warga” hanya akan benar-benar hidup jika semakin banyak pihak yang ikut terlibat. Karena itu, IKALUM membuka ruang partisipasi seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin bergabung memperkuat gerakan ini.
Setiap rupiah yang terkumpul akan diwujudkan menjadi beras, lalu dibagikan langsung kepada mereka yang benar-benar membutuhkan. Dengan cara itu, siapa pun bisa ikut menyalakan harapan—bahkan hanya dari sebutir nasi yang tersaji di meja keluarga.
📌 Nomor Rekening Donasi: BSI: 7315940383 A/n: IKALUM FKM UMJ
📲 Kirim bukti transfer ke: wa.me/6282113495767
Satu karung beras mungkin tampak kecil, namun bila dikumpulkan bersama-sama, ia menjelma menjadi simbol kekuatan rakyat. Ia menjadi bukti bahwa solidaritas masih hidup, menyatukan mereka yang peduli, berani, dan tidak ingin melihat sesamanya berjalan sendiri.
Kini, semboyan “Warga Bantu Warga, Warga Jaga Warga” bukan lagi hanya gaung dari demonstrasi yang penuh amarah. Ia telah berubah menjadi denyut kehidupan yang nyata, yang bisa terus kita hidupkan Bersama dari rumah ke rumah, dari hati ke hati, hingga tidak ada lagi rakyat yang merasa ditinggalkan.
Nama Lengkap Penulis: Adipatra Kenaro Wicaksana
Email Penulis: Kenaro11@gmail.com
No.Wa: 081287239551
Sosial Media Penulis: https://www.instagram.com/adipatrakw/
Linkedin Penulis: https://www.linkedin.com/in/adipatrakw/